Rabu, 22 April 2015

Ayah...Maaf jika aku berbeda

Sewaktu masih anak-anak engkau amat menyayangiku, engkau begitu baik merawatku, kemauanku selalu engkau dahulukan dibandingkan dengan saudaraku yang lain. Kemanapun engkau pergi, tak pernah luput engkau mengajakku...
Ayah...salahkah jika saat ini kutanyakan kasih sayangmu yang dulu?
Ayah...Tolong jangan anggap aku dewasa lantas kau tak memperhatikanku lagi...
Ayah...Tolong jangan anggap aku mandiri lantas kau tak pedulikanku lagi...
Tolong Ayah...jangan...
Aku butuh rasa khawatirmu kepadaku...
Aku tak bisa dengan keadaan seperti ini...

Tuhan...
Aku masih membutuhkan kasih sayangnya...Tolong sampaikan kepada Ayahku...

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Teringat akan masa lalu...sewaktu aku mulai merasakan ketertarikan dengan lawan jenisku...
waktu itu aku masih terlalu belia untuk mengenal cinta...Aku tak berani mengatakan kepada siapapun. Bahkan Ayah yang selama ini dekat denganku pun, aku tak punya keberanian untuk mengungkapkan kepadanya...

Aku terbawa dengan ke egoisanku, dan pada akhirnya aku diam-diam menjalin hubungan dengan pria yang sudah menyatakan perasaanya padaku. Aku sering menghabiskan waktu bersamanya, meski sebatas via sms dan via telephone. Tak sadar bahwa selama aku dekat dengan pria itu, aku tak lagi punya waktu banyak bersama ayah. 

Ayah tak pernah mengutarakan apapun tentang isi hatinya...meski mungkin waktu itu ayah sudah tau bahwa putri kecilnya sedang jatuh cinta. Oh ayah...maaf jika aku berubah...

Aku mulai meninggalkan kesibukanku bersama ayah dengan alasan-alasanku yang menggunung, Ayah hanya diam dan tak pernah bertanya apapun kepadaku. Sungguh aku sangat bersalah ayah...aku tak memberikan kesempatan untukmu berbicara, aku tak menanyakan pendapatmu tentang laki-laki itu. Maaf...jika aku tak lagi mendengar nasehatmu...







Minggu, 22 Februari 2015

Jembatan Jiwa


Ketika hati berusaha tegar dan tenang
Bayangan itu terkadang masih muncul
Sedikit terkenang rasa sakit dan kecewa
Namun tak kubiarkan rasa itu berlama-lama untuk bernostalgia
Ku kuatkan kembali hatiku yang rapuh ini
Ku berjanji untuk diriku sendiri, tak kan ku ijinkan hatiku merasakan sakit yang kesekian kalinya
Perlahan ku menjauh dari kehidupanku yang dulu
Untuk melupakan masa lalu yang pahit
Untuk menyembuhkan hati yang terluka
Untuk membangun kembali impian yang lebih indah

Dalam perjalanan hijrah cinta...
Ku jumpai pengganti-penggantimu yang hadir untuk mengenalkan cinta dalam sudut pandang lain
Sungguh sangat berbeda antara satu dengan yang lainnya
Ada yang mengenalkan bahwa cinta tak harus memiliki, cinta hanya sebatas pernyataan, cinta hanyalah saling menjaga komunikasi, cinta adalah sebuah komitmen, cinta berujung pada pernikahan, cinta adalah tentang restu orang tua, cinta adalah seberapa rupawannya dirimu, cinta adalah soal status sosial, cinta ditentukan oleh baik/buruknya masa lalu, cinta ditentukan oleh karir & pendidikanmu, cinta ditentukan tentang seberapa hebat dirimu, cinta ditentukan oleh seberapa terkenal dirimu, dan masih banyak lagi. 

Namun cinta bagiku ibarat arah mata angin, karena dengan cinta aku tau kemana kaki ini harus melangkah...kemana impianku harus kukejar. Cinta adalah petunjuk arah untuk meraih Ridho-Nya.